Kamis, 18 Oktober 2012

Tetes Air Mata Dari Papa



Di sebuah desa yang kecil hiduplah seorang gadis bernama Nadila. Ia tinggal bersama ayah, ibu, dan kedua adiknya. Nadila bukan berasal dari keluarga yang kaya, bukan juga dari keluarga pejabat, tetapi ia berasal dari keluarga yang miskin, dan memiliki orang tua seorang pedagang kecil-kecilan. Karena ketidak nyamannnya tempat mereka berteduh, Nadila, dan keluarganya pindah dari tempat itu. Sekarang mereka menetap di sebuah desa bernama Pajapeta.         
Di desa ini Nadila, ayah, ibu, kedua adik Nadila dan saudaranya tinggal. Keluarga Nadila dan Keluarga saudaranya tidak satu komplek. Karena lahan yang ingin di tempatinya sudah menjadi milik orang lain, mereka pun menumpang di lahan yang dimiliki orang tersebut.
   Setelah beberapa lama anak pemilik lahan menikah dan ingin menempati lahan yang di tempati oleh keluarga Nadila. Mereka pn diusir dari rumah lahan itu.
“Pak Fanadi….. cepat keluar dari tempat ini……”ujar Larha, pemilik lahan berteriak.
“Ada apa ini pak apa salah kami???..... tolong berikan kami keempatan untuk tinggal di lahan ini”ujar Fanadi
“Ia Pak kasihanilah kami…..”Ujar istri Fanadi memohon
“Tidak bisa…. Kalian tidak pernah membayar tanah ini, lagian anak saya ingin menempati lahan ini, jadi sekarang kalian pergi dari tempat ini… cepat”ujar Larha mengluarkan amarahnya.
“Kami mohon Pak…. Izinkan kami tinggal di temat ini…”ujar Nadila.
“”Iya pak…. Tolong kami…”ujar kedua aik Nadila.
“Sekali tidak tetap tidak… kalian mengerti….”jawab Larha tegas.
“Lodi… Juno… cepat singkirkan barang-barang merka dari rumah ini”ujar Larha memerintah anak buahnya
“Jangan pak”ujar Nadila dan kedua adiknya sambil berltut dan memegang kaki Larha
            Tiba- tiba datang soerang pamuda bernama Stiven, Stiven sudh lama memendam rasa pada Nadila.Tetapi, Nadila tak tahu perasaan stiven padanya.
“Tunggu….”seru Stiven berteriak
“Stiven…”seru Nadila pelan
“Stiven ngapain kamu di sini???....”seru Larha
“Pak Larha yang terhormat…. Dimana letak kehormatan Bapak???... dimana hati nurani Bapak???.... inikah yang namanya Pak Larha yang terhormat….”tegas Stiven
“Jaga mulut kamu Stiven….”seru Larha
“Kenapa???.... ”
“Apa mau kamu??...”ujar Larha
“Mau aku???... Biarkan Nadila dan keluarganya tinggal di sini”balas Stiven
“Tidak bisa… asal kamu tahu Stiven mereka tak membayar uang laha ini selama satu tahun”tegas Larha
“Hanya itu???... berapa ung satu tahun kontrak di sini???...”balas Stiven
“Enam juta…”seru Larha
“Ini…sudah… skarang kalian pergi”ujar Stiven mengambil uang di kantungnya.
“Ia…. Ayo pergi..”seru Larha pada anak buahnya
            Setelah iu keluarga itu pun di izinkan tingal di lahan itu, keluarga Nadila pun berterima kasih pada Stiven. Setelah beberapa bulan Stiven melamar Nadila. Karena ingin membalas jasa pada Stiven Nadila menerima lamaran Stiven.
            Setelah itu mereka pun hidup bahagia sehingga Nadila mengandung anak Stiven. Tiba-tiba Stiven ditelepon oleh mamanya. Dia disuruh mamanya untuk pulang kerumah mamanya dan tidak membawa Nadila.
“Halo ma ada apa??...” seru Stiven dalam telepon
“Stiven cepat pulang nak???... cepat ini gawat”suara mama Stiven cemas
“Ia ma aku pulang tapi ada apa????....”ujar Stiven
“Sayang Pak Ladi Nuri kesini… ia ingi ketemu kamu nak… saying mama minta kamu jangan ajak Nadila ya sayang… mama mohon… jangan telat”ujar mama Stiven
“Kenapa???...”seru Stiven
“Nggak tahu nak papamu pesan begitu… udah dulu ya sayang by….
“Ia ma by…”ujar Stiven
            Stiven pun menuruta kata mamanya dan menitipka Nadila pada orang tuanya.
            Hari berganti hari,bulan bergnti bulan Stiven belum kembali… sedangka banyak yang merayu Nadila
“Nadila… lebih baik kamu tinggalkan Stiven dan menikahlah denganku…”
“Tidak…”
            Banyak yang menginginkan Nadila, tetapi Nadila tak ingin.
“Aku akan tetap menunggu kamu Ven…. Kalau ak rima lamaran orang-orang yang melmarku bagaimana nasib anakku??? Pasti aku akan mengandung anak dari lelaki lain dan aku harus membagi sayangku pada anak Stiven dan anak… oh tidak”ujar Nadila dlam hati
             Sembilan bulan sudah Nadila mengandung dan kini melahirkan seorang anak permpuan yang di beri mana Fanila. Sekarang Fanila sudah besar dan duduk di kelas enam SD.
“Tak punya bapak…. Hehehehehe… kasian”ujar teman Fanila mengejek…
“Berhenti…. Kamu… ibu….”ujar Fanila menangis
            Fanila sering melalum dan bersedih, gara-gara ia ditinggal oleh bapaknya….
“Kenapa Fanila???... ada yang menyakitiu???”ujar Nadila ibu Fanila
“Tidak bu… tidak ada yang menyakitiku…. ”ujar Fanila
“Lantas????.....”tanya ibu Nadila
“Tidak bu…”ujar Fanila
“Ayo nak ceritakan pada Ibu… kok kamu jadi nggak sahabat ibu lagi yang kemana-mana cerita suka maupun duka…”
“Tidak bu lihat sekaang aku senyum…”ujar Fanila tersenyum
“Ya udah kalau kamu nggak mau cerita”seru ibu Fanila
            Fanila pun berlari menuju kamarnya dan menangis
“Ya Tuhan mengapa jadi begini???...”
             Hari mulai petang Fanila punmendi dan kembali mengurung di kamar.
“Fanila…. Cepat ao makan…”ujar Nadila
“Ia bu… tunggu”ujar Fanila keluar dari kamarnya
            Fanila pun keluar dari kamarnya dan makan bersama ibu, nenek kakeknya dan kedua tantenya.
“Aduh… mataku”ujar Kakek Fanila
“Kenapa Pak???”ujar Nadila
“Iya kakek kenapa???....”seru Fanila
“Iya kenapa???...”ujar adik pertama Nadila
“Tidak apa-apa tadi mataku perih… buram…”seru kakek Fanila nengusap mata
“Buram????...............”ujar Fanila
             Keesokan harinya kakek Fanila di bawa ke puskesmas terdekat. Setelah di periksa ternyata kakek Fanila Buta. Dan memerlukan uang yang besar untuk mengobatinya. Karena terlambat kakek Fanila pun Buta selamanya. Sekarang Nadila ibu Fanila pun mengganti propesi sebagai penyadap karet. Pengeluaran mereka sangat besar biaya sekolah Fanila, dan kedua adik Nadila, apa lagi Fanila yang sebebtar lagi ujian. Meskipun Fanila berasal dari keluarga miskin, tetapi ia memiliki otak yang kaya. Dari situ besar pengharapan Nadila. Semenjak Stiven bapak Fanila pergi meninggalkan ibu Fanila, Nadila ingin mati saja. Tetapi Fanilalah yang menjadi semangat.
            Suatu hari Fanila tak ingin sekolah…. Fanila tak ingin sekolah karena ia muak mendengar hinaan dari temanny
“Fanila….. bangun… ayo udah jam berapa ini!!!.... ayo Fanila”ujar ibu Fanila
“Ah… ibu aku malas sekolah…. Aku capek”seru Fanila
“Sayang kok kayak gitu???... kalau kamu nggak sekolah gimana masa depan kamu… ha…”ujar ibu Fanila sambil mengelus kepala Fanila
“Ia bu… tapi ako bosan karena”seru Fanila menolah sambil melepaskan tangan ibunya yang memegang tangan kepalanya
“Kenapa???...”Tanya ibu Fanila
“Ka.. rena aku di sekolah sering diejekin bu, karena bapak nggak ada… bu… boleh nggak aku tanya…”jawab Fanila
“Sayang sabar ya… masih banyak yang lebih menderita dari kamu nak…”hibur ibu Fanila
“Iya bu….”ujar Fanila                                                                       
“Nah… sekarang mandi alu sekolah… cepat”ujar ibu Fanila menghapu ai matanya
“Iya… aku mandi dulu ya bu..”ujar Dania mgambl handup
             Setelah mandi Fanilapun ganti baju. Saat ia ganti baju ibunya berkata “Nak haari ini nggak jajan dulu nggak papa ya… kamu sarapan aja biar nggak lapar… o ya nak sarapannya di atas meja ibu pargi nyadap dulu ya…”
“Iya bu nggak papa, ibu hati-hati ya..”seru Fanila
“Iya…”
            Dugaan Fanila benar, teman-temannya pun  mengeeknya. Tetapi, ia ingat dengan perkataan ibunya “  masih banyak yang lebih menderita dari kamu nak”. Jai ia tak sedih lagi dan kelihatan biasa-biasa saja di depan teman-temannya.
            Sepulang sekolah, ia langsung pulang, lalu ia membuka tudung nasi yang kosong, ia terus mamagang perutnya
“Aduh nggak ada nasi, lauk ibu…. laper”seru Fanila sambil memegang perutnya
            Ia pun mempunyai ide untuk masak
“aha…. Masak ah… pasti ibu senang”
            Ia pun masak dan hasilnya memuaskan. Ibu dan nenek Fanila pulang dari kerjanya…  Fanila pun menyambut ibunya dengan gembira.
“Ibu… aku masak lho enak pisan bu…” ujar Fanila
“Ia apa… coba ibu cicip”seru ibu Fanila
Nah…enakkan bu…”ujar Fanila memberikan piring yang berisi lauk hasil masaknya
“O… iya enak….. anak ibu pintar”
“Siapa dulu Fanila…”balas Fanila
“Iya….”
            Setelah menyantap masakan Fanila, Nadila pun mandi dan berganti pakaian. Setelah beberapa lama Fanila bicara kalau ia akan menghadapi ujian minggu depan. Nadila pun menasehatinya dengan kata-kata berdoa dan berusahalah.
            Hari ini adalah hari Fanila ujian, Fanila merasa dekdekan. Fanila bisa menjawab soal yang diberiakan. Beberapa hari telah dilalui oleh Fanila dan semua itu bisa dilewatinya dengan baik. Fanila tinggal melihat hasil yang dicapainya. Setelah hasil ujian keluar Fanila sangat senang. Ia pun mendaftar di SMP Jaita Carsint, yang merupakan sekolah yayasan yang bisa dibilang biyanya tidak murah alas mahal buanget. Ia pun diterima karena tes yang diberikan dapat dilaluinya
            Libur lah tiba Fanilapun mengisi hari liburnya dengan hal yang positif.  Hari libur pun dilaluinya dan ia pergi ke asrama. Di asrama Fanila tidak diperlakukan dengan baik
“Fanila…  loe bersihkan ni semuanye…jangan sampai ada debu yang tersisa”ujar Fera sambil mengambil sapu dan diberika oleh Fanila
“Tapi… inikan kerjaan kamu juga”balas Fanila mendoog sapu itu.
Pinter udah brani loe membantah apa kata gue”ujar Fera
“Baiklah…”
            Fanila mengadu pada ibunya, tetapi ibunya berkata “Sabar nak…”. Fanila pun mencoba untuk mengikuti apa kata ibunya. Dengan usahanya akhirnya ia dapat bertahan di asrama Jaita Carsint. Setiap Fanila pulang ia selalu mengeluh pada ibunya agar ia di pindahkan. Tetapi tak dituruti oleh ibunya.
            Tak terasa besok akan pembagian rapot. Jantung Fanila pun mulai berdetak kencang. Apa lagi saat di beritahu pada ibu asrama mereka
“Anak-anak kumpul… cepat”ujar ibu asrama
“Iya bu ada apa????...” ujar Fanila
“Gini… kalian ada yang mendapat peringkat, ada yang turun dan ada juga yang biasa-biasa saja”seru ibu asrama
“Siapa yang naik Bu???”ujar Fanila
“Siapa yang turun”ujar Fera
“Siapa yang biasa-biasa saja???”ujar Nia
“Iya bu siapa???”seru Juminten
“Sudah-sudah nanti kalian juga tahu sendiri”ujar ibu asrama
“Ya…”seru Nia
            Keesokan harinya Fanila dan siswa-siswi lain akan menerima rapot. Jantung Fanila berdetak lebih kencang seakan-akan mau copot. Sebelum ke kelas mesing-masing. Siswa-siswi SMP Jaita Carsint pun kumpul terlebih dahulu di aula SMP Jaita Carsint untuk mengumumkan tiga besar dari kelas masing-masing.
“Aduh… jantungku makin berdetak kencang ni…. Dekdekkan jadina. Semoga aku jadi tiga besar amin….”ujar Fanila dalam hati
            Harapan Fanila memang tidak mungkin, karena Fanila mendapat kelas unggul 7a. tetapi melihat semangat belajarnya dan doa yang kuat ia pun tak merasa heran. Wah…kira-kira bisa nggak ya Fanila meraih tiga besr itu????....
            Sewaktu di umumkan 7a mendapat giliran pertama. Nama Fanila tak disebut sebagai tiga besar.
“Ya ampun…”seru Fanila
            Setelah semua kelas di umumkan mereka pun kembali ke kelas masing-masing mereka pun menunggu orang tuanya/wakil untuk mengambil rapot. Sebagian besar orang tua/walik siswa-siswi SMP Jaita Carsint sudah berada di kelas anak-anaknya. Tetapi dimana orang tua Fanila…..?
“Aduh ibu… kenapa tak kunjung datang???...”ujar Fanila dalam hati
“Fanila….kok melamun????... dapat peringkat berapa???”seru Lisa teman baik Fanila.
            Setelah beberapa lama, ibu Fanila pn belum datang juga, hai Fanila mulai gergetan
“A… Lisa…. Itu dia yang ku pikirkan Lis, ibuku tak kunjung datang juga aku jadi bingung???...”jawab Fanila
“Ya udah di ambilkan sama ibuku aja ya….”saran Lisa
“Tapi…. nanti kalau ibuku datang gimana???...”ujar Fanila ragu
“Fanila… ini udah jam berapa??? Nanti jam 10.00 guru mau ada pertemuan lho… lihatlah ibu Lanani kular kilir alias bolak balik terus”ujar Lisa melihat jam
“Iya…. Ya udah deh aku minta tolong ya…”
“Iya dong best friend…”ujar Lisa memegang pundak Fanila.
            Akhirnya Fanila pun mendapat rapot walaupun ia tak diambilkan oleh orang tuanya. Saat keluar dari kelas Fanila sangat bahagia, ternyata Fanila berhasil meraih juara tiga. Walaupun Fanila tak disebut dalam tiga besar sewaktu di aula. Sebelumnya ia di beritahu oleh teman-temannya.
“Fan kayaknya kamu dapat peringkat empat lagi ni soalnya Difa peringkat lima”seru salah satu teman Fanila
“Ia Fan”seru Nadin
“Iya semoga aku nggak turun ya”
            Fanila saat itu terkejut, ternyata juara tiga ada dua Fanila dan Farhan, cie… sama-sama Fa (Fanila=farhan). Lalu Fanila berkata pada wali kelasnya setelah ia mendengar ucapan ibu gurunya yang mengatakan kalau Fanila juara tiga “Iya bu tapi bukannya Farhan yang mendapat juara tiga?..”Tanya Fanila
“Iya… Farhan juga mandapat juara tiga, sebenarnya juara tiganya ada dua kamu dan Farhan”ucar ibu Lanani
“tapi siapa yana paringkat empat bu??..”tanya Fanila
“Jika, juara tiga ada dua maka, peringkat empat nggak ada”ujar ibu Lanani
“O ya bu… terima kasih bu..”
            Setelah itu Fanila menungu ibunya di asrama, berapa lama kemudian ibu fanila pun datang. Merekapun pergi kerumah mengendarai angkutan umum……
Sesampainya di rumah mereka, Fanila dan ibu Fanila beristirahat sejenah.
            Beberapa minggu kemudian, Fanila merasa curiga pada ibunya, kenapa???...kerena ia melihat SMS saying di HP Gaplek ibunya. Ia berpura-pura tidak tahu. Malamnya Fanila menanyakan hal itu pada ibunya. Ibu Fanila berkata “Nak … dengerin ibu… ibu ngga ada apa-apa sama orang ini… orang ini hanya iseng… untuk hiburan nak banyak yang ingin dengan ibu…. Kalau memang ibu ingin dengan orang ini ibu tidak akan menyamar nak…”ujar ibu Fanila menjelaskan
“benar bu???..”seru Fanila manangis.
“Iya… kamu nggak percaya sama ibu???...”
“Percaya bu…”
            Akhirnya Fanila pun percaya engan ucapan ibunya, memang benar  ibu Fanila melayani SMS itu, karena ibu Fanila ingin menghindari /memberi alasan pada orang yang mengejar-ngejar ibu Fanila agar, orang itu tak mengejar-ngejar ibu Fanila lagi.
             Keesokan harinya Fanila membereskan rumahnya, malamnya ia terbangun dari alam mimpi. Ia manangis tanpa sebab, tasisannya membuat ibu Fanila terbangun…
“Kenapa nak???...”Tanya ibu Fanila
“Bu boleh ku tahu di mana bapak???”jawab Fanila
“Iya baiklah…. Paman Saeleri tahu nomor bapakmu…..”jawab ibu
“Boleh aku minta nomor paman Saeleri???...”seru Fanila
“Ya… coba lihat di HP ibu…”
“O iya bu ada…”
            Tak menunggu waktu, Fanila langsung menelpon pamannya tengah malam,lewat HPnya yang di beli memakai uang tabungannya waktu kelas 1 SD.
“Jangan terbru-buru nak…”seru ibunya Fanila menasehati
“Tapi bu… tak ada lagi… waktu….”
“Besokkan bisa nak…”ujar ibu Fanila
“Tidak bisa bu…”
            Walaupun di cegat ibunya Fanila pun tetap ngotot. Ia pun menelpon pamannya, dan diangkat oleh pamannya. Akhirnya pamannya mau menolong Fanila, untuk bisa berbicara pada bapaknya. Selesainya Fanila barkata pada ibunya “Ibu tidak marah kan???....”Tanya Fanila
“Tidak kenapa mesti marah???....”jawab ibunya dengan mata berkaca-kaca.
“Tapi… aku…”balas Fanila
“Ets…. Jangan lanjutkan… itu hak kamu nak…. Ya udah sekarang kamu tidur”ujar ibu Fanila menaruhkan jari telunjuknya ke mulut Fanila.
“Iya ibu juga ya…”
“Iya…”
            Keesokan harinya Fanila mendapat SMS “Pak Stiven tidak bersedia untuk bertemu” ternyata itu SMS dari pamannya paman Saeleri. Lalu Fanila menjawab SMS itu dengan menangis “Saya tak ingin ketemu, saya hanya ingin mendengar suaranya saja apakah bapak saya juga tak bersedia???...” lalu Fanila lebih mengeluarkan banyak tetes air mata “Pak Stiven juga tidak bersedia entah mengapa, padahal saya sudah membujuknya…”lalu Fanila membalas SMS itu “Baiklah… paman tak apa-apa…. Katakan saja pada bapak demikian ‘Pak tak apa bapak tidak ingin menemui saya atau mendengar suara saya… bapak tenang saja saya tidak meminta uang sepeser pun dari bapak… saya hanya ingin mendengar suara mu saja. Bapak perlu tahu, kalau saya menderita karena ketidak adaan bapak… makasih pak…atas semuanya, atas penderitaan dan tetesan air mata yang bapak berikan kepada saya…. Terima kasih….’ Makasih paman karena telah mambantu saya” setelah itu Fanila tak mendengar nada SMS dari HPnya.
            Lalu Fanila menceritakan pada ibunya lalu ibunya berkata “Inilah yang ibu takutkan nak… ibu takut sakit hati…” semanjak kejadian itu Fanila sering melamun. Hiburan berakhir dan Fanila mulai masuk sekolah kembali, waktu pertama masuk sekolah Fanila di undang ke Jakarta untuk mewakili sekolahnya dalam bidang menulis cerita, Ia menceritakan sepanjang kehiduannya yang menyakitkan dengan tema kasih saying ibunya padanya, dan kekejaman bapaknya padanya… saat ia tampil di layar kaca… bapak Fanila yang sakit-sakitan pun bangga padanya karena, anak bapaknya belum ada yang seperti Fanila.

Dibuat Oleh :

Nama : Rita
Kelas : 8 B

1 komentar: